Pendidikan karakter

Indonesia sebenarnya memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.


Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, termasuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar, 2000), ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen olehsoft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan.


Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.


Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.


Terlepas dari berbagai kekurangan dalam praktik pendidikan di Indonesia, apabila dilihat dari standar nasional pendidikan yang menjadi acuan pengembangan kurikulum (KTSP), dan implementasi pembelajaran dan penilaian di sekolah, tujuan pendidikan di SMP sebenarnya dapat dicapai dengan baik. Pembinaan karakter juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahannya, pendidikan karakter di sekolah selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.


Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter, Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand design menjadi rujukan konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dikelompokan dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional development), Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik (Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development). Pengembangan dan implementasi pendidikan karakter perlu dilakukan dengan mengacu pada grand design tersebut.


Menurut UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 13 Ayat 1 menyebutkan bahwa Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan informal sesungguhnya memiliki peran dan kontribusi yang sangat besar dalam keberhasilan pendidikan. Peserta didik mengikuti pendidikan di sekolah hanya sekitar 7 jam per hari, atau kurang dari 30%. Selebihnya (70%), peserta didik berada dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya. Jika dilihat dari aspek kuantitas waktu, pendidikan di sekolah berkontribusi hanya sebesar 30% terhadap hasil pendidikan peserta didik.


Selama ini, pendidikan informal terutama dalam lingkungan keluarga belum memberikan kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi dan pembentukan karakter peserta didik. Kesibukan dan aktivitas kerja orang tua yang relatif tinggi, kurangnya pemahaman orang tua dalam mendidik anak di lingkungan keluarga, pengaruh pergaulan di lingkungan sekitar, dan pengaruh media elektronik ditengarai bisa berpengaruh negatif terhadap perkembangan dan pencapaian hasil belajar peserta didik. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui pendidikan karakter terpadu, yaitu memadukan dan mengoptimalkan kegiatan pendidikan informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal di sekolah. Dalam hal ini, waktu belajar peserta didik di sekolah perlu dioptimalkan agar peningkatan mutu hasil belajar dapat dicapai, terutama dalam pembentukan karakter peserta didik .


Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.


Kegiatan ekstra kurikuler yang selama ini diselenggarakan sekolah merupakan salah satu media yang potensial untuk pembinaan karakter dan peningkatan mutu akademik peserta didik. Kegiatan Ekstra Kurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah. Melalui kegiatan ekstra kurikuler diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial, serta potensi dan prestasi peserta didik.


Pendidikan karakter di sekolah juga sangat terkait dengan manajemen atau pengelolaan sekolah. Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimanapendidikan karakter direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah secara memadai. Pengelolaantersebut antara lain meliputi, nilai-nilai yang perlu ditanamkan, muatan kurikulum, pembelajaran, penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan, dankomponen terkait lainnya. Dengan demikian, manajemen sekolah merupakan salah satu media yang efektif dalam pendidikan karakter di sekolah.


Menurut Mochtar Buchori (2007), pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Permasalahan pendidikan karakter yang selama ini ada di SMP perlu segera dikaji, dan dicari altenatif-alternatif solusinya, serta perlu dikembangkannya secara lebih operasional sehingga mudah diimplementasikan di sekolah.


Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik SMP mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.


Pendidikan karakter pada tingkatan institusi mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas.


Sasaran pendidikan karakter adalah seluruh Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Indonesia negeri maupun swasta. Semua warga sekolah, meliputi para peserta didik, guru, karyawan administrasi, dan pimpinan sekolah menjadi sasaran program ini. Sekolah-sekolah yang selama ini telah berhasil melaksanakan pendidikan karakter dengan baik dijadikan sebagai best practices, yang menjadi contoh untuk disebarluaskan ke sekolah-sekolah lainnya.


Melalui program ini diharapkan lulusan SMP memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkarakter mulia, kompetensi akademik yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki kepribadian yang baik sesuai norma-norma dan budaya Indonesia. Pada tataran yang lebih luas, pendidikan karakter nantinya diharapkan menjadi budaya sekolah.


Keberhasilan program pendidikan karakter dapat diketahui melalui pencapaian indikator oleh peserta didik sebagaimana tercantum dalam Standar Kompetensi Lulusan SMP, yang antara lain meliputi sebagai berikut:
Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja;
Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri;
Menunjukkan sikap percaya diri;
Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas;
Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional;
Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif;
Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif;
Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya;
Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari;
Mendeskripsikan gejala alam dan sosial;
Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab;
Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam negara kesatuan Republik Indonesia;
Menghargai karya seni dan budaya nasional;
Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya;
Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang dengan baik;
Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun;
Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat; Menghargai adanya perbedaan pendapat;
Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana;
Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana;
Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah;
Memiliki jiwa kewirausahaan.


Pada tataran sekolah, kriteria pencapaian pendidikan karakter adalah terbentuknya budaya sekolah, yaitu perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah harus berlandaskan nilai-nilai tersebut.

Posted by
percobaan blogger

More

Isu

Isu tak sedap kini menimpa Bupati Kabupaten Sumbawa Barat, ******






Isu yang disebar melalui akun Facebook sebuah jejaring sosial, menyebutkan bahwa Melinda Dee tersangka kasus pembobolan City Bank adalah istri keempat Bupati KSB.




Menanggapi isu tersebut, Bupati KSB ****** yang masih berada di Jakarta hingga 19 April mendatang untuk memperjuangkan saham 7 persen, menyatakan bahwa isu yang dihembuskan oknum tidak bertanggungjawab tersebut menyesatkan dan upaya pembunuhan karakter kepala daerah. Bupati berharap masyarakat tidak termakan isu tersebut dan dapat menyikapinya dengan cerdas dan mengedepankan prinsip berbaik sangka serta tabayyun. “Isu yang tidak penting dan tidak produktif yang sengaja dihembuskan ini akan berdampak kepada terganggunya kebersamaan yang telah dibangun selama ini untuk membangun Kabupaten Sumbawa Barat,” kata Bupati KSB






Disadari atau tidak ungkap Bupati, perjuangan yang sedang dilakukan berbagai komponen masyarakat dan Pemerintah KSB banyak menimbulkan reaksi dan tekanan kepada Pemerintah Daerah, khususnya kepada Bupati Sumbawa Barat. Perjalanan panjang dari sejak dideklarasikannya keinginan KSB untuk meraih saham 7 persen sampai saat ini upaya dan semangatnya tidak pernah putus. Dengan ijin Allah SWT dan dukungan semua pihak termasuk pemerintah pusat, ungkap Bupati, Pemerintah Daerah (Bupati dan DPRD KSB) tiada henti berfikir dan berbuat agar perjuangan pada akhirnya nanti menghasilkan keputusan terbaik yang berpihak kepada rakyat KSB. “Jangan sampai kebersamaan dan kekompakan yang telah terpelihara ini terganggu dengan isu-isu yang miring dan tidak bermanfaat dan akan menjadi kontraproduktif terhadap misi besar yang sedang kita jalankan selama ini,” ujarnya.






Dalam permasalahan ini, Bupati juga menyampaikan bahwa ia menerima siapapun yang memberikan masukan, kritik dan saran dan memaafkan siapa saja yang hendak mendzolimi kepemimpinannya. Namun, tegas Bupati, fitnah yang ditujukan kepada Kepala Daerah tidak bisa diterima dan Allah SWT pasti akan melaknat siapapun yang membuat dan menyebarkan fitnah. “Saya pikir masyarakat kita sangat cerdas dan memahami bahwa cara-cara yang ditempuh oleh pihak yang memfitnah tersebut adalah sesuatu yang sama sekali tidak terpuji dan bahkan mencederai masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat. Oleh karenanya saya menghimbau kepada masyarakat untuk tidak terpancing dengan isu murahan ini,” demikian Bupati melalui Kabag Humas.

Posted by
percobaan blogger

More

Otomotif

SMK naik daun. Diawali heboh mobil Esemka, pemberitaan mengenai karya-karya fenomenal siswa-siswa SMK terus berlanjut. Tidak hanya merakit mobil, ada juga siswa SMK yang diketahui mampu merakit pesawat terbang. Kalau cuman merakit laptop, seolah bukan hal yang istimewa bagi anak SMK. Luar biasa!

Terlepas dari aroma rebutan mengapresiasi karya bocah-bocah ABG oleh sejumlah politisi yang sempat merebak, deretan karya anak SMK memunculkan harapan baru. Bahwa bangsa ini mampu. Bahwa kreatifitas anak-anak bangsa tidak bisa disepelekan. Yang menjadi pertanyaan, seberapa serius pemerintah memberikan perhatian?

Berikut wawancara seorang wartawan dengan Mendikbud di gedung Kemdikbud, Jakarta, beberapa hari lalu.

Apa sebenarnya latar belakang pendidikan jenjang SMK ini?

Kalau kita bicara SMK itu, tidak boleh dilepaskan dari bicara tentang konsep pendidikan vokasi (kejuruan). Pendidikan vokasi itu pendidikan yang diarahkan untuk meng-explore potensi peserta didik di dalam hal ketrampilan teknis. Sehingga nanti ujung-ujungnya itu bisa menjadi skill worker atau orang yang memiliki keahlian dan ketrampilan. Itu tentunya tidak cukup dengan ketrampilan teknis saja, tetapi juga dilengkapi dengan entrepreneur dan lain-lain. Sehingga, dia diharapkan nanti bisa hidup atau dilengkapi dengan life skill yang mana merupakan ilmu-ilmu yang bisa mengantarkan dia kesuksesan hidup.

Anak tentu bakatnya macam-macam tidak hanya dari sisi aspek ketrampilan teknis yang sifatnya hard, tapi juga ada yang soft. Maka dari itu, ada sekitar 121 konsentrasi atau jurusan di SMK. Mulai dari tata rias, tata boga, otomotif, pertanian, IT, perhotelan, dan lain sebagainya. Itu kenapa? Karena kita ingin menyajikan secara detail ketrampilan itu tadi. Oleh karena itu, tanpa harus melihat yang lain-lain, semuanya harus didorong.

Memang kalau sekarang yang sedang booming adalah otomotif, mulai dari mobil sampai pesawat. Tapi sebenarnya sekarang ini yang sedang kita dorong adalah jurusan Informasi Teknologi (IT). Banyak produk – produk animasi anak-anak yang bisa dipasarkan dan bisa diekspor. Termasuk juga animasi untuk pendidikan, juga komputer untuk jaringan dan laptop. Intinya, yang kita dorong sekarang ini adalah merangkai dan merakit komputer, animasi dan komunikasi visual. Itu semua harus kita dorong. Karena yang dibutuhkan bukan hanya otomotif.

Selain itu, yang menarik juga perhotelan. Banyak anak-anak SMK kita yang mengisi hotel-hotel yang ada di Indonesia karena pariwisata kan juga meningkat pesat. Intinya, semua sektor akan kita dorong.

Anak-anak SMK juga ada yang merakit pesawat terbang. Tanggapan Anda?

Pesawat itu kan membutuhkan modal yang luar biasa besar. Yang penting anak-anak kita itu mengerti dengan dunia aeromatic. Karena kalau anak-anak SMK mampu membuat pesawat yang kemudian diarahkan ke komersial, saya kira memerlukan effort yang luar biasa. Karena kebutuhan kita untuk pesawat itu tidak sebesar dengan sepeda motor atau mobil. Lebih complicated.

Yang penting intinya sekarang ini anak-anak mengenal sistem aeromatic dan pesawat itu. Sehingga nanti ketika mereka bekerja di penerbangan, mereka pasti bisa di situ. Coba bayangkan, selama 5 tahun terakhir ini berapa perusahaan-perusahaan di Indonesia ini membeli pesawat maupun BUMN dan swasta? Itu semua kan membutuhkan teknisi, maka SMK itu bisa mengisi peluang yang ada di perusahaan penerbangan itu. Bukan membuat pesawatnya. Saya kira itu target terlalu ambisius lah kalau masuk ke wilayah sana.

Kalau diawali dengan merakit pesawat perintis ataupun pesawat untuk keperluan pertanian?

Kembali lagi, pesawat itu kan tingkat kebutuhannya tidak sebanyak mobil dan motor. Apalagi uji kelayakannya tidak mudah. Industri sebesar PT Dirgantara Indonesia (DI) saja harus berusaha keras untuk memperoleh predikat layak. Maka itu, SMK itu sasarannya bukan ke sana. Ini semua sasarannya itu mengisi peluang tenaga kerja itu tadi

Masalah uji kelayakan Mobil Esemka, sampai dimana perkembangannya?

Uji kelayakan itu kan harus dilakukan dengan lintas kementerian. Kan tidak mungkin buat sendiri, dinilai sendiri dan dipakai sendiri. Itu kan tidak benar. Mesti harus ada K/L yang terkait. Paling tidak ada 3 K/L yang terkait. Untuk uji emisi kita akan gandeng Kemristek dan Kemenhub. Kalau sudah model fabrikasi dan penjualannya berarti kita akan menggandeng Kemenperin dan Kemendag. Jadi, memang kita bisa melakukan uji internal. Tapi kalau untuk mengeluarkan sertifikasi atau sertifikat kelayakan dari sisi emisi, kita tidak bisa. Harus dilakukan oleh kementerian yang berwenang. Selanjutnya, juga harus ada jaminan after sales servicenya

Berarti dalam waktu dekat belum bisa dikeluarkan sertifikat kelayakannya?

Iya, belum. Tapi kata belum ini bukan berarti tidak akan dilakukan. Tetap terus akan dilakukan proses sertifikasi kelayakannya. Tapi tahun 2012 ini memang tahun untuk uji-uji kelayakan itu tadi. Oleh karena itu tahun ini fokus untuk audit semuanya.

Maka dari itu, biarkan ini berjalan sesuai dengan mekanisme designnya dan akhir tahun ini diharapkan semuanya sudah rampung. Sehingga tahun 2013 sudah masuk proses selanjutnya.

Banyak pihak berharap Mobil Esemka dicanangkan sebagai mobil nasional?

Nah, untuk yang satu ini saya sering katakan. Kemdikbud tidak boleh serta merta terjebak di dalam desakan dan keinginan itu. Tetap harus ada mekanisme yang harus dilalui. Tapi tetap Kemdikbud memberikan apresiasi atas harapan dan dorongan dari public agar produk ini dapat diproduksi secara massal. Entah itu jadi mobnas, mobil dinas atau lainnya, itu urusan belakang.

Yang penting dari sisi edukasi, ini harus tetap dipegang dan dikendalikan. Karena anak-anak SMK itu tidak boleh terjebak di dalam proses fabrikasi itu yang kemudian meninggalkan konsep-konsep edukasi. Itu tidak boleh. Kalau anak-anak terjebak di situ, nanti malah jadi buruh bukan belajar. Sekolah SMK ini tetap sekolah, bukan pabrik.

Tapi ini soal apresiasi dan kebanggaan nasional loh Pak?

Saya tegaskan, dalam hal ini kita tidak boleh terlalu gegabah. Kalau ada orang yang pesan, ya boleh saja walaupun belum diproses. Kan banyak juga produk mobil XYZ lainnya bisa dipesan sebelum produk itu dibuat. Tetapi kalau untuk dijual, tetap menunggu sampai semuanya sudah memenuhi syarat.

Yang ingin saya tegaskan lagi, SMK itu sekolah. Maka roh atau jiwa karakteristik sekolah itu tidak boleh ditinggal. Namun begitu, dia juga harus mengenal industri, pasar dan lainnya. Itu harus. Kalau tidak, maka dikhawatirkan akan menjadi asing. Maka itu, ada kerja praktek untuk mengetahui dinamika di dunia industri dan masyarakat itu.

Bagaimana tanggapan Anda atas anggapan sejumlah politisi dan pejabat memanfaatkan mobil Esemka ini untuk pencitraan?

Tidak apa-apa. Saya kan juga pernah bilang, adanya mobil Esemka ini mengandung beberapa makna. Pertama, ada semacam kerinduan masyarakat terhadap prestasi anak-anak bangsa. Jadi kalau ada yang bisa apa, pasti ikut senang. Kedua, melalui produk teknologi ini, maka anak-anak SMK ini dipakai untuk pencitraan. Saya tidak apa-apa, silahkan saja.

Jadi tak ada larangan politisasi karya anak SMK ini?

Ya, saya tahu itu. Silahkan saja, mau dimanfaatkan atau dipakai politik apa saja. Tapi saya tekankan, jangan ada yang sampai merusak roh sekolahnya. Sekolah tetap sekolah. Kami merasa bersyukur saja, kalau produk SMK ini bisa menjadi tunggangan yang lain. Tidak ada salahnya. Saya tidak akan melarang. Mobil ini mau dipakai untuk kampanye pemilihan Gubernur, Walikota, Bupati, monggo saja. Yang penting tidak mempengaruhi sekolahnya.

Yang mencanangkan Esemka sebagai mobnas kok justru selalu dari pihak luar dan Kemdikbud tidak bersuara mengenai hal ini. Kenapa?

Saya sengaja berdiam diri saja. Saya tidak mau ikut-ikut bersuara seperti yang lain, ramai-ramai masuk koran, muncul di televisi sampai berhari-hari. Saya sengaja menahan diri untuk tidak mengunjungi sekolah-sekolah SMK seperti beberapa orang lainnya itu. Biarkan saja mereka begitu. Saya berpikir, untuk apa saya seperti itu? Kan sudah jelas, SMK itu punya siapa? Punya Kemdikbud. Ngapain saya ikut-ikut latah seperti itu? Wong kita yang punya kok.

Maka dari itu, saya memutuskan tidak mau ikut-ikut meramaikan di arena itu. Tapi kalau yang lain mau seperti itu, monggo saja, silahkan. Masa kita yang punya harus ikut-ikut seperti itu? Ndak lucu dong. Saya kan juga bukan politisi dan tidak ada kepentingan politik.

Konsentrasi anggaran Kemdikbud tahun ini lebih pada pendidikan dasar. Untuk SMK bagaimana?

Perlu dicatat, tidak dikosentrasikan bukan berarti lalu kita abaikan. Itu tidak seperti itu. Anggaran SMK itu masih mencapai angka Rp 2,254 triliun. Itu belum termasuk APBN-P. Saya kira, angka ini sama dengan beberapa kementerian. Artinya, dana SMK itu cukup besar. Yang penting, supaya anak SMK yang memiliki ketrampilan teknis ini tidak berpindah-pindah dan bisa diasah lagi ketrampilan teknisnya, maka kami buka community college. Jadi anak-anak SMK yang sudah lulus pasti kan ada yang ingin meningkatkan ketrampilan dan keahliannya, oleh karena itu bisa disalurkan di community college yang bisa berjalan selama 2 – 3 tahun. Bisa juga dinaikkan lagi ke politeknik. Dengan demikian, anak SMK akan tetap terjaga tradisi dan budaya rohnya di dalam ranah teknis dan vokasi itu.

Kalau kita hanya mengandalkan SMK dan selesai begitu saja, maka tidak akan berkembang. Kan kasihan, setelah lulus SMK lalu bingung mau kemana, apalagi yang tidak punya biaya melanjutkan ke universitas. Sehingga, pemerintah harus memperkuat jenjang di atasnya (SMK) ini namun tetap rohnya tetap vokasi.

Dari sisi siswa, di tahun 2009-2010 jumlah siswa SMK dan SMA itu sebanyak 46 persen dan 54 persen. Sedangkan tahun 2010-2011, perbandingan jumlah siswa SMK dan SMK sebesar 48 persen dan 52 persen. Artinya, perjalanan jumlah siswa SMK ini cukup naik drastis. Ini nanti mau kita buat SMK yang lebih banyak proporsinya, karena kita ingin mengisi skill worker itu tadi. Mau kita naikkan yang SMK ini. Kalau SMA itu kalau untuk kerja memang kurang tepat, karena sifatnya masih umum. Maka itu, kita mau genjot yang SMK ini. Oleh karena itu, jumlahnya kita perbanyak.

Cara menggenjotnya seperti apa?

Jadi, untuk menindaklanjuti tentang SMK ini, sudah ada roadmapnya. Sekarang yang kita lakukan dan belum selesai adalah audit SMK. Jadi kita ingin mngetahui bagaimana fakta di lapangannya mengenai sekolah SMK dan anak-anak SMK ini. Kita audit kompetensinya, fasilitasnya, organisasi manajemennya, produknya, riset dan inovasinya, dan mitra bisnisnya. Yang melakukan audit itu adalah Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

Kenapa harus diaudit seperti itu?

Kita sengaja melakukan audit ini karena jika kita ingin melangkah yang lebih jauh lagi harus tahu dan paham betul bagaimana duduk perkaranya, dan bagaimana kelengkapan-kelengkapannya. Oleh karena itu, setelah kita nanti tahu peta persisnya yakni dari sisi kompetensinya dan semuanya, maka tahun 2013 kita bisa tahu persis apa yang akan kita lakukan lagi selanjutnya. Sehingga, insyaallah di dalam anggaran 2013 nanti sudah bisa dikuatkan untuk SMK.

Berarti 2013 nanti konsentrasi pemerintah terfokus pada SMK?

Dalam masalah konsentrasi itu jangan dibayangkan pada satu titik saja. Jadi namanya konsentrasi itu semua titik. Tapi memang dari segi anggaran memang lebih banyak di pendidikan dasar, karena untuk rehabilitasi sekolah saja sudah mencapai Rp 9 triliun sendiri. Tapi bukan berarti yang lain tidak jadi fokus. Semua dari mulai Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga Pendidikan Tinggi (Dikti) juga difokuskan dan ada program andalannya serta juga ada yang bertanggung jawab

Posted by
percobaan blogger

More

Spesifikasi Galaxy mini









Spesifikasion of Galaxy mini



GENERAL

2G Network
GSM 850 / 900 / 1800 / 1900

3G Network

HSDPA 900 / 2100



Announced

2011, January


Status

Available. Released 2011, February



BODY

Dimension
 110.4 x 60.8 x 12.1 mm

Weight
105 g


DISPLAY

Type
TFT capacitive touchscreen, 256K colors

Size
240 x 320 pixels, 3.14 inches (~127 ppi pixel density)
- TouchWiz v3.0 UI


SOUND

Alert types
Vibration; MP3, WAV ringtones

Loudspeaker
Yes

3.5mm jack
Yes, check quality
- DNSe sound enhancement


MEMORY

Card slot
microSD, up to 32GB, 2GB included, buy memory

Internal
160 MB storage, 384MB RAM


DATA

GPRS
Class 12 (4+1/3+2/2+3/1+4 slots), 32 - 48 kbps

EDGE
Yes

Speed
HSDPA, 7.2 Mbps

WLAN
Wi-Fi 802.11 b/g/n, Wi-Fi hotspot

Bluetooth
 Yes, v2.1 with A2DP

USB
Yes, microUSB v2.0


CAMERA

Primary
3.15 MP, 2048x1536 pixels, check quality

Features
Geo-tagging

Video
Yes, QVGA@15fps

Secondary
No


FEATURES

OS
Android OS, v2.2 (Froyo), upgradable to v2.3

Chipset
Qualcomm MSM7227

CPU
600 MHz ARMv6

GPU
Adreno 200

Sensors
Accelerometer, proximity, compass

Messaging
SMS(threaded view), MMS, Email, Push Email, IM

Browser
HTML

Radio
Stereo FM radio with RDS

GPS
Yes, with A-GPS support

Java
Yes, via Java MIDP emulator

Colors
Black
- SNS integration
- MP4/H.264/H.263 player
- MP3/WAV/eAAC+ player
- Organizer
- Document viewer/editor
- Image/video editor
- Google Search, Maps, Gmail,
-YouTube, Calendar, Google Talk, Picasa integration
- Voice memo/dial
- Predictive text input (Swype)


BATTERY
Standard battery, Li-Ion 1200 mAh

Stand-by
Up to 570 h

Talk time
Up to 9 h 30 min

MISCSAR EU0.96 W/kg (head)    
Price group

Posted by
percobaan blogger

More

Copyright © / percobaan blogger

Template by : Urangkurai / powered by :blogger